160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Tren “Hahu Hoyeng” Menggemparkan Medsos: Kelezatan yang Mengundang Risiko Kesehatan

medika.co.id – Dalam beberapa waktu terakhir, sorotan media sosial dipenuhi oleh fenomena kuliner terkini yang disebut “Hahu Hoyeng.” Tren ini menarik perhatian netizen karena memberikan pengalaman menikmati tahu goreng dengan cita rasa pedas yang luar biasa. Tidak hanya menjadi pembicaraan hangat, tren ini juga melahirkan tantangan kuliner yang mengundang rasa penasaran di kalangan pengguna media sosial.

Hahu Hoyeng, gabungan kata “tahu” dan “pedas” dalam bahasa Indonesia, menampilkan tahu goreng putih yang digoreng dalam minyak panas. Keistimewaan dari tren ini terletak pada proses selanjutnya, di mana tahu yang baru digoreng ditarik dari wajan dalam keadaan panas dan kemudian dicelupkan ke dalam bubuk cabai pedas. Akibatnya, hidangan ini menghadirkan sensasi pedas yang memikat lidah.

Awalnya populer di China, fenomena Hahu Hoyeng dengan cepat menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Beberapa kreator konten kuliner terkemuka, seperti Nanakoot dan Fikri Fadlu, ikut meramaikan tren ini dengan mencoba Hahu Hoyeng dan berbagi reaksi kepedasan mereka di media sosial.

750 x 100 AD PLACEMENT

Meskipun menawarkan pengalaman kuliner yang unik, tren Hahu Hoyeng tak hanya memancing tawa, tetapi juga memunculkan kekhawatiran terkait dampak kesehatan. Penelitian terkini yang dipublikasikan di Journal of International Cancer mengungkapkan potensi risiko kesehatan yang terkait dengan kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman panas seperti Hahu Hoyeng.

Studi ini mencermati hubungan antara konsumsi makanan atau minuman panas dengan risiko terkena kanker esofagus. Dr. Davendra Sohal, seorang ahli onkologi yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, menjelaskan bahwa paparan suhu panas dalam jangka waktu lama dapat menjadi faktor risiko potensial untuk kanker esofagus.

“Suhu menjadi faktor risiko utama,” ungkap dr. Sohal, menyoroti pentingnya kesadaran akan suhu makanan atau minuman yang dikonsumsi. Mengonsumsi makanan atau minuman dalam suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan iritasi pada tenggorokan dan kerongkongan, meningkatkan risiko cedera termal yang dapat memicu peradangan kronis dan meningkatkan risiko terjadinya kanker.

Walaupun sensasi pedas dari Hahu Hoyeng memberikan pengalaman yang menarik, bijaklah dalam menghadapi risiko kesehatan yang mungkin timbul. Penelitian ini menetapkan bahwa suhu di atas 60 derajat Celsius dianggap terlalu panas untuk dikonsumsi.

750 x 100 AD PLACEMENT

Sebagai pengingat, meskipun tren kuliner seperti Hahu Hoyeng bisa memberikan kegembiraan sesaat, kesehatan tetap menjadi hal yang sangat berharga. Oleh karena itu, perlu bijaksana dalam mengeksplorasi tren kuliner dan selalu mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan tubuh Anda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Anda mungkin juga menyukainya