Demam Berdarah Mengganas di Indonesia: Ancaman Terkait Perubahan Iklim

medika.co.id-Penyakit demam berdarah yang disebarkan oleh nyamuk tengah menjadi ancaman serius di Indonesia. Penyakit ini semakin merajalela dalam beberapa tahun terakhir, dan banyak yang mengaitkannya dengan perubahan iklim yang sedang terjadi.

Pemerintah dan otoritas kesehatan di Indonesia tengah berupaya keras untuk mengatasi dan merawat para penderita demam berdarah.

Penyakit yang juga dikenal dengan sebutan “demam patah tulang” ini dapat menyebabkan rasa sakit hebat pada otot dan sendi.

Para ahli entomologi dan epidemiologi menyebutkan bahwa suhu yang semakin tinggi dan musim hujan yang lebih panjang memberikan kondisi yang sangat baik bagi nyamuk Aedes aegypti, yang merupakan penyebar utama virus penyebab demam berdarah.

Ancaman ini tidak hanya berdampak di Indonesia, tetapi juga merambah ke tingkat global. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2022, tercatat ada 4,2 juta kasus demam berdarah di seluruh dunia, meningkat delapan kali lipat dari tahun 2000.

Bahkan WHO telah mengklasifikasikan demam berdarah sebagai penyakit tropis yang paling cepat menyebar di seluruh dunia dan menganggapnya sebagai ancaman pandemi.

Di Indonesia, kasus demam berdarah terus meningkat, dengan ribuan kasus yang tercatat setiap tahunnya dan kematian yang tak terhindarkan.

Salah satu faktor yang memperparah penyebaran penyakit ini adalah kurangnya upaya pencegahan yang memadai.

Baca juga:

Waspada! Indonesia Terancam Serangan Kutu Busuk Seiring Merebaknya Wabah di Singapura

Nyamuk Aedes aegypti, yang berperan sebagai vektor utama penyakit ini, berkembang biak di air yang menggenang selama musim hujan, yang sering kali lebih panjang dan tidak teratur akibat perubahan iklim.

Seiring dengan terus berlanjutnya perubahan iklim, demam berdarah tetap menjadi masalah serius di Indonesia yang memerlukan perhatian penuh dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini.

Kami akan segera merilis berita ini secara lengkap untuk memberikan pemahaman lebih mendalam tentang dampak dan tindakan yang perlu diambil.(maryam malil)